Mewujudkan Wisata Budaya di Cikapundung

Perayaan dua ratus tahun Kota Bandung yang kini sudah memiliki desain logo dan slogan yang memberi spirit pada warganya, akan berpuncak pada 25 September 2010. Bandung, kota sejuk di Provinsi Jawa Barat, hendaknya terus melangkah ke depan menuju peringkat kota kelas dunia dan akan terus pula menghadapi tantangan perubahan dari kota ”tradisional” menjadi pusat industri kreatif dan ekonomi kreatif yang terintegrasikan.

Lihat saja dari jembatan layang Pasupati ke arah utara dan selatan, tampak daerah tepian Sungai Cikapundung yang mengalir sepanjang 28 kilometer, dan menjadi semakin penting secara strategis menuju masa depan perkembangan kota di mana Sungai Cikapundung akan terus berkembang dan menjadi fokus pertumbuhannya.

Pemerintah Kota Bandung sedang mempersiapkan rencana strategis dan kerangka bentuk konsep kawasan Sungai Cikapundung (yang semula digagas H. Dada Rosada sebagai Wali Kota Bandung dalam Gerakan Cikapundung Bersih) dan kini ditambah nilai plus untuk menjadikan Cikapundung kawasan wisata budaya. Hal ini juga didukung Pemerintah Provinsi Jabar berdasarkan Surat Rekomendasi Gubernur Provinsi Jabar No:050/2917/Admrek/09/Perihal Rencana Penataan Wilayah Sungai Cikapundung tertanggal 10 Agustus 2009 dan Rekomendasi Wali Kota Bandung No.050/1841/DBG tertanggal 11 Agustus 2009 yang diterbitkan bagi inisiatif dan kerja sama masyarakat swasta pada aktivitas corporate social responsibility (CSR) kolaborasi pengusaha serta upaya kesepakatan dalam konsorsium universitas-universitas di Kota Bandung yang membantu dalam kajian dan merencanakan konsep master plan.

Gagasan perencanaan akan membuat Kota Bandung berkarakter dengan prioritas ruang terbuka hijau yang alami dan permukiman masyarakat kecil di tepian sungai serta memberdayakan kesenian kebudayaan Sunda dan keragaman serta keunikan budaya lainnya, membuat peruntukan penataan area terbuka sempadan sungai. Setelah mengedepankan kearifan lokal alam dan budaya parahyangan, projek ini tentu menyediakan asas dan bimbingan praktis untuk bentuk perkotaan modern, yaitu Bandung menjadi ecocity, modern multi-cultural city di masa depan.

Tantangan ini niscaya sangat berarti sebab akan mengubah segala tingkat skala perbedaan kesenjangan sosioekonomi masyarakatnya. Diawali di daerah hulu Sungai Cikapundung, yakni dengan cara memulihkan struktur ekologis lingkungan pegunungan dan sumber mata air yang selama ini mengalirkan air menuju kota Bandung, dan bagaimana semestinya aliran sungai serta kehidupan di sepanjang sempadan memberikan ruang-ruang kebudayaan yang penting.

Akhirnya area ini diperuntukkan guna meningkatkan daya tarik estetik pemandangan tepian sungai yang sudah ada sejak dahulu kala yang kemudian kondisinya berubah rumit dan kumuh. Kini saatnya untuk mengembalikan lokasi area ini kepada keadaan yang sebenarnya, berubah menjadi sehat, tertib, dan berkualitas. Semua itu harus datang dari suatu kesepakatan bersama, dan khususnya kesadaran masyarakat luas akan pentingnya kenyamanan ruang, keamanan dunia usaha, keadilan sosial oleh kepedulian banyak pihak yang memiliki daya dan kekuatan ekonomi, politik, dan kebijakan struktural guna mengubah situasi menuju budaya baru, bersih dari korupsi dan mentalitas keserakahan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta memberi daya dukung ekonomi bagi sumber alam secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup.

Konsep pola perencanaan arsitektur hijau dan ilmu ekonomi kreatif mendekatkan dan mengusulkan strategi bagi perkembangan berwawasan lingkungan dengan mengorientasikan daya dukung lingkungan ekologi dan kebudayaan. Saat ini istilah green design menjadi tren bagi setiap masyarakat berwawasan. Kiranya perlu dipahami bahwa dalam hal ini bukanlah sekadar menghijaukan permukaan tanah dengan rumput dan pepohonan, tetapi bagaimana warga Bandung hidup dalam upaya meningkatkan daya dukung lingkungan hidup dengan memberikan peluang hidup pada habitat makhluk-makhluk hidup pada sekitar alam dan memelihara daya serap air pada tanah agar persediaan air tanah tidak lagi dieksploitasi. Semua itu juga terkait dengan disiplin aturan main dan regulasi serta good governance.

Cikapundung wisata budaya akan menjadi sebuah projek revitalisasi daerah aliran sungai dan menjadi tonggak perubahan bersejarah yang strategis bagi warga Bandung yang sedang dan akan terus berkembang pesat. Pemkot Bandung mempersiapkan tidak hanya sekadar strategi rencana jangka pendek dan jangka menengah, tetapi juga perkembangan rencana jangka panjang (2010-2030) untuk pembuat keputusan pada peralihan pemangku pemerintahan ke depan yang akan menjadi garis pedoman perkembangan praktis sektor eksekutif pemerintah Kota Bandung pada masa mendatang. Dengan demikian, grand design master plan revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung dapat menjadi acuan yang mendasar bagi kehidupan sungai di wilayah lain perkotaan di Indonesia.

Semoga kerinduan warga Kota Bandung bukan lagi impian tetapi sebuah rencana yang akan berlanjut dengan realisasi tahap demi tahap pelaksanaannya menuju lingkungan hidup yang berkelanjutan.***

 

Gai Suhardja
Anggota Perwaku (Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan Indonesia).

 

Tulisan telah diterbitkan dalam kolom opini di Harian Pikiran Rakyat, 11 mei 2010

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *